1. ALUR TINDAKAN (action maze)
Alur tindakan adalah uraian kejadian tertulis untuk dianalisis, yang kemudian diikuti dengan daftar alternatif tindakan. Setiap pilihan tindakan mengarahkan peserta ke halaman baru yang menunjukan hasi tindakannya dan daftar pilihan tindakan lanjutan yang harus dipilih, dan seterusnya. Hasil yang diperoleh peserta di setiap langkah mungkin menunjukkan lebih banyak informasi dan reaksi dari tindakan yang diambil. Tindakan yang dipilih mungkin akan berujung pada jalan buntu, yang mengembalikan peserta ke situasi awal untuk menetapkan pilihan lain.
Penggunaan: Untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Sarana: Bahan pembelajaran tertulis, pulpen, pinsil, dan sebagainya.
Kelebihan: Mengembangkan kesadaran adanya alternatif dan konsekuensi dari keputusan yang diambil. Tempo pembelajaran sifatnya perorangan.
Kelemahan: Sangat mahal untuk dikembangkan, sukar dimutakhirkan, memerlukan informasi yang tidak akan berubah, dan tidak ada kesempatan berdiskusi atau berinteraksi dengan orang lain.
Metode terkait: Studi kasus, pembelajaran terprogram, pembeljaran berbantuan komputer, dan teknik delphi.
2. CURAH GAGASAN (brainstorming)
Curah gagasan adalah situasi pemecahan masalah di mana kepada peserta disajikan suatu masalah dan diminta untuk menyampaikan setiap gagasan yang mereka pikirkan, tidak jadi soal betapapun aneh atau gilanya gagasan itu. Semua gagasan dihimpun dan dicatat, tanpa evaluasi, sebelum didiskusikan. Pengumpulan gagasan biasanya berlangsung selama 5-15 menit.
Penggunaan: Mengembangkan solusi baru atau kreatif atas suatu masalah, mengembangkan kreativiatas, dan merangang partisipasi anggota kelompok.
Sarana: Papan tulis atu flip chart untuk menulis gagasan, kapur tulis atau spidol, selotip untuk memajang halaman flipchart.
Manfaat: Mendorong munculnya saran yang tidak biasa, membongkar hambatan berpikir untuk menemukan pendekatan baru, memicu munculnya gagasan dari gagasan, mempertahankan minat karena sesi pembelajaran berlangsung cepat dan mendorong partisipasi semua peserta.
Pertimbangan: Memerlukan keterampilan fasilitator agar sesi tetap bergerak dan gagasan terecurah, serta berusaha mencegah munculnya upaya menilai gagasan yang disampaikan. Produktivitas kelompok bergantung pada kemampuan peserta dan pemahaman mereka atas proses itu. Mengharuskan terciptanya lingkungan yang tidak mencemaskan.
Metode terkait: Pemikiran kreatif dan pemecahan masalah.
3. KELOMPOK SIBUK (buzz groups)
Sekelompok besar peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang masing-masing beranggotakan empat sampai enam orang yang mendiskusikan suatu topik atau melaksanakan suatu tugas dalam waktu kurang dari 10 menit. Awalnya metode ini desebut teknik “enam-enam” yang artinya enam orang selama enam menit. Meskipun tidak ada produk akhir harus dilakukan kesempatan menyampaikan balikan.
Penggunaan: Merangsang pemikiran untuk membuka atau memulai diskusi atau untuk mendapatkan reaksi terhadap pembicara, film, dan sebagainnya.
Sarana: Ruangan yang cukup bagi kelompok untuk berbicara tanpa gangguan.
Manfaat: Merangsang diskusi dan menimbulkan minat peserta, mendorong peserta yang segan atau malu berbicara dalam kelompok besar, serta berfokus pada diskusi lanjutan atas hal-hal yang diminati peserta..
Pertimbangan: Menghendaki adanya fasilitator yang dapat mengenalkan kegiatan dan menghentikan diskusi pada waktunya. Adakalanya satu dua orang mendominasi pembicaraan dalam kelompok.
Metode terkait: Diskusi kelompok, kelompok kerja, dan lokakarya.
4. STUDI KASUS (case study)
Studi kasus adalah peristiwa atau kejadian yang ditulis atau disampaikan secara lisan berkenaan dengan suatu situasi realistrik. Dalam studi kasus dicakupkan rincian secukupnya agar peserta dapat menganalisa masalah dan mengajukan solusi yang mungkin. Dalam banyak kasus, tidak ada satu jawaban yang benar. Studi kasus seyogianya sedapat mungkin mewakili kejadian yang sesungguhnya, baik dalam hal sifat isi dan cara menyajikan serta menyelesaikannya. Meskipun pekerjaan atas kasus itu dapat dilakukan secara perseorangan atau dalam kelompok, metode ini harus diakhiri dengan diskusi hasil yang diperoleh.
Penggunaan: Mengembankan pemikiran kritis, keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, memberikan pemgalaman realistik dan praktis, mengevaluasi pembeljaran dan atau menguji pengetahuan atau kemampuan analitis, serta belajar memilah fakta dari kesimpulan.
Sarana: Kasus (tertulis, film, video, atu bentuk sajian lain), pinsil, kertas, apapun yang diperlukan untuk menyelesaikan kasus, papan tulis atau flipchart.
Manfaat: Melibatkan peserta secara aktif, mempertahankan minat tetap tinggi karena kegiatan peserta dan relevansinya dengan situasi sesungguhnya, dan dapat dikombinasikan dengan metode lain (seperti ceramah atau membaca)
Pertimbangan: Memerlukan waktu agak lama untuk bekerja dan berdiskusi. Kasus yang disajikan mungkin sudah ketinggalan zaman dan perlu direvisi secara berkala. Kasus yang baik sulit ditulis dan perlu memuat fakta yang cukup agar lengkap dan tidak boleh dibuat-buat. Informasi yang disajikan harus ditata sedemikian rupa agar solusinya tidak bagitu tampak. Efektivitas kasus sering terganggu oleh informasi yang tidak lengkap atu tidak benar, membingungkan, dan nama-nama orang yang tersebut terdengar lucu. Hal-hal itu menyebabkan peserta frustrasi dan mengarahkan energi mereka untuk mengkritik kasus itu ketimbang memecahkan masalahnya. Agar efektif mendiskusikan suatu kasus, fasilitator harus benar-benar memahami kasus itu dan menuangkan jawaban untuk setiap pertanyaan yang mungkin timbul. Fasilitator harus mampu mengaitkan situasi studi kasus dengan ”dunia nyata,” agar menambah kredibilitas kasus itu.
Metode terkait: Alur tindakan, latihan, proses insiden, latihan kotak surat, dan permainan peran. (insya Alloh, bersambung)