Jumat, 10 Oktober 2008

KAMUS METODE PEMBELAJARAN 1


1. ALUR TINDAKAN (action maze)
Alur tindakan adalah uraian kejadian tertulis untuk dianalisis, yang kemudian diikuti dengan daftar alternatif tindakan. Setiap pilihan tindakan mengarahkan peserta ke halaman baru yang menunjukan hasi tindakannya dan daftar pilihan tindakan lanjutan yang harus dipilih, dan seterusnya. Hasil yang diperoleh peserta di setiap langkah mungkin menunjukkan lebih banyak informasi dan reaksi dari tindakan yang diambil. Tindakan yang dipilih mungkin akan berujung pada jalan buntu, yang mengembalikan peserta ke situasi awal untuk menetapkan pilihan lain.
Penggunaan: Untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Sarana: Bahan pembelajaran tertulis, pulpen, pinsil, dan sebagainya.
Kelebihan: Mengembangkan kesadaran adanya alternatif dan konsekuensi dari keputusan yang diambil. Tempo pembelajaran sifatnya perorangan.
Kelemahan: Sangat mahal untuk dikembangkan, sukar dimutakhirkan, memerlukan informasi yang tidak akan berubah, dan tidak ada kesempatan berdiskusi atau berinteraksi dengan orang lain.
Metode terkait: Studi kasus, pembelajaran terprogram, pembeljaran berbantuan komputer, dan teknik delphi.

2. CURAH GAGASAN (brainstorming)
Curah gagasan adalah situasi pemecahan masalah di mana kepada peserta disajikan suatu masalah dan diminta untuk menyampaikan setiap gagasan yang mereka pikirkan, tidak jadi soal betapapun aneh atau gilanya gagasan itu. Semua gagasan dihimpun dan dicatat, tanpa evaluasi, sebelum didiskusikan. Pengumpulan gagasan biasanya berlangsung selama 5-15 menit.
Penggunaan: Mengembangkan solusi baru atau kreatif atas suatu masalah, mengembangkan kreativiatas, dan merangang partisipasi anggota kelompok.
Sarana: Papan tulis atu flip chart untuk menulis gagasan, kapur tulis atau spidol, selotip untuk memajang halaman flipchart.
Manfaat: Mendorong munculnya saran yang tidak biasa, membongkar hambatan berpikir untuk menemukan pendekatan baru, memicu munculnya gagasan dari gagasan, mempertahankan minat karena sesi pembelajaran berlangsung cepat dan mendorong partisipasi semua peserta.
Pertimbangan: Memerlukan keterampilan fasilitator agar sesi tetap bergerak dan gagasan terecurah, serta berusaha mencegah munculnya upaya menilai gagasan yang disampaikan. Produktivitas kelompok bergantung pada kemampuan peserta dan pemahaman mereka atas proses itu. Mengharuskan terciptanya lingkungan yang tidak mencemaskan.
Metode terkait: Pemikiran kreatif dan pemecahan masalah.

3. KELOMPOK SIBUK (buzz groups)
Sekelompok besar peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang masing-masing beranggotakan empat sampai enam orang yang mendiskusikan suatu topik atau melaksanakan suatu tugas dalam waktu kurang dari 10 menit. Awalnya metode ini desebut teknik “enam-enam” yang artinya enam orang selama enam menit. Meskipun tidak ada produk akhir harus dilakukan kesempatan menyampaikan balikan.
Penggunaan: Merangsang pemikiran untuk membuka atau memulai diskusi atau untuk mendapatkan reaksi terhadap pembicara, film, dan sebagainnya.
Sarana: Ruangan yang cukup bagi kelompok untuk berbicara tanpa gangguan.
Manfaat: Merangsang diskusi dan menimbulkan minat peserta, mendorong peserta yang segan atau malu berbicara dalam kelompok besar, serta berfokus pada diskusi lanjutan atas hal-hal yang diminati peserta..
Pertimbangan: Menghendaki adanya fasilitator yang dapat mengenalkan kegiatan dan menghentikan diskusi pada waktunya. Adakalanya satu dua orang mendominasi pembicaraan dalam kelompok.
Metode terkait: Diskusi kelompok, kelompok kerja, dan lokakarya.

4. STUDI KASUS (case study)
Studi kasus adalah peristiwa atau kejadian yang ditulis atau disampaikan secara lisan berkenaan dengan suatu situasi realistrik. Dalam studi kasus dicakupkan rincian secukupnya agar peserta dapat menganalisa masalah dan mengajukan solusi yang mungkin. Dalam banyak kasus, tidak ada satu jawaban yang benar. Studi kasus seyogianya sedapat mungkin mewakili kejadian yang sesungguhnya, baik dalam hal sifat isi dan cara menyajikan serta menyelesaikannya. Meskipun pekerjaan atas kasus itu dapat dilakukan secara perseorangan atau dalam kelompok, metode ini harus diakhiri dengan diskusi hasil yang diperoleh.
Penggunaan: Mengembankan pemikiran kritis, keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, memberikan pemgalaman realistik dan praktis, mengevaluasi pembeljaran dan atau menguji pengetahuan atau kemampuan analitis, serta belajar memilah fakta dari kesimpulan.
Sarana: Kasus (tertulis, film, video, atu bentuk sajian lain), pinsil, kertas, apapun yang diperlukan untuk menyelesaikan kasus, papan tulis atau flipchart.
Manfaat: Melibatkan peserta secara aktif, mempertahankan minat tetap tinggi karena kegiatan peserta dan relevansinya dengan situasi sesungguhnya, dan dapat dikombinasikan dengan metode lain (seperti ceramah atau membaca)
Pertimbangan: Memerlukan waktu agak lama untuk bekerja dan berdiskusi. Kasus yang disajikan mungkin sudah ketinggalan zaman dan perlu direvisi secara berkala. Kasus yang baik sulit ditulis dan perlu memuat fakta yang cukup agar lengkap dan tidak boleh dibuat-buat. Informasi yang disajikan harus ditata sedemikian rupa agar solusinya tidak bagitu tampak. Efektivitas kasus sering terganggu oleh informasi yang tidak lengkap atu tidak benar, membingungkan, dan nama-nama orang yang tersebut terdengar lucu. Hal-hal itu menyebabkan peserta frustrasi dan mengarahkan energi mereka untuk mengkritik kasus itu ketimbang memecahkan masalahnya. Agar efektif mendiskusikan suatu kasus, fasilitator harus benar-benar memahami kasus itu dan menuangkan jawaban untuk setiap pertanyaan yang mungkin timbul. Fasilitator harus mampu mengaitkan situasi studi kasus dengan ”dunia nyata,” agar menambah kredibilitas kasus itu.
Metode terkait: Alur tindakan, latihan, proses insiden, latihan kotak surat, dan permainan peran. (insya Alloh, bersambung)

KONSEP PENDIDIKAN DI SIT "NURUL ISLAM"

Pendidikan berkualitas tidak ditentukan oleh sarana gedungnya, melainkan pada system manajemen, kualitas guru, metodologi pendidikan dan pembelajaran yang benar dan resource yang memadai sebagai gerbang ilmu pengetahuan. Konsep pendidikan di SIT Nurul Islam berdasarkan Al Qur’an dan Hadits yang menerangkan bahwa tujuan manusia diciptakan adalah untuk beribadah dan menjadi khalifah di muka bumi. Karena itu system pendidikan di SIT Nurul Islam memprioritaskan tiga pokok materi dalam konsep pendidikannya, yaitu:

Akhlaqul Karimah :
mendidik anak agar memiliki karakter berbasis muwashofat dengan metode utamanya keteladanan yang berdasar pada Al-Qur’an dan Hadits

Falsafah Ilmu Pengetahuan :
menjadikan anak memiliki logika berpikir yang baik, mencermati alam lingkungannya sebagai media belajarnya dengan metoda "action learning" dan diskusi

Kepemimpinan/ Leadership :
menjadikan anak memiliki semangat kepemimpinan yang baik dengan metoda "out bound and dynamic group".

PembelajaranPembelajaran di SIT Nurul Islam menggunakan perpaduan model tema "spider web" dalam suatu proyek dan per bab mata pelajaran. Dengan model ini, siswa akan memiliki kemampuan mengaitkan pelajaran dengan realitas kehidupan , juga dapat mengaitkan hubungan antar pelajaran yang mereka terima.
Di Nurul Islam tidak hanya siswa yang belajar, guru pun belajar belajar murid, bahkan orang tua juga belajar bersama guru dan murid. Anak-anak tidak hanya belajar di kelas, mereka belajar dari mana saja dan dari siapa saja. Mereka tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga belajar dari alam sekelilingnya. Mereka belajar bukan sekedar untuk mengejar nilai raport, lebih dari itu mereka belajar untuk bisa mengembangkan dan memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.

Komponen Utama
Mengacu dari konsep pendidikan Sekolah tersebut, ada beberapa komponen utama dalam pembelajaran siswa di sekolah, yaitu:
1. Stadarisasi Sistem
a. Partisipasi Orang tua murid dalam pembelajaran
Mengembangkan system partisipasi orang tua murid dalam Paguyuban
Kelas,yang diprakarsai oleh guru kelas dalam mengawali tahun pelajaran
dengan membuat program pengayaan pengalaman belajar bersama, sampai
dengan jadwal dan pembiayaannya. Orang tua murid diberi kesempatan
untuk aktualisasi diri dalam pengayaan pembelajaran murid.
b. Jaminan mutu
Semua proses yang dikembangkan di lingkungan SIT “Nurul Islam”
harus dijamin mutunya dalam mencapai visi dan misi serta Quality
Assurance kelas/ sekolah.
2. Guru berkualitas
Tenaga pengajar Nurul Islam, khususnya SDIT Nurul Islam merupakan
lulusan PTN-PTS yang diharapkan memiliki wawasan pendidikan dan wawasan
lingkungan. Beberapa kriteria mendasar seperti memiliki akhlaq yang baik,
cinta anak-anak, kreatif dan inovatif, mempunyai kompetensi dalam bahasa
dan dapat menjadi fasilitator yang baik. Secara berkala, tenaga pengajar
harus mendapatkan pelatihan/ pembinaan komitmen (liqo’ tarbawi) dan
kompetensi sesuai dengan bidangnya.
3. Metodologi yang tepat
Dengan mengacu kepada pencapaian logika berpikir yang baik, metoda
yang diterapkan adalah "action and active learning". Hal ini dikembangkan
melalui ceramah dan diskusi, pemecahan masalah, curah gagasan yang
terstruktur, adanya studi kasus dan presentasi, dll. dengan menjadikan ICT
sebagai sarana belajar.
4. Buku-buku bermutu dan ICT sebagai Resources
Bahan sumber untuk mendukung metodologi "action and active learning" di
atas, perlu disiapkan dengan pengadaan perpustakaan yang baik dan buku-
buku rujukan dari berbagai sumber yang berkualitas
5. Belajar Sadar Belajar
Dalam proses pembelajaran, guru harus menekankan pada pemahaman
konsep materi yang sedang dipelajari dan mengembangkan ketrampilan
belajar (learn how to learn) pada siswa. Guru harus mengembangkan dasar –
dasar tradisi ilmiah pada anak, seperti mengukur, mengamati, menganalisa,
presentasi, evaluasi, dll. Sarana-sarana pendukung untuk menumbuh-
kembangkan siswa sebagai pembelajar seumur hidup harus mendapat
perhatian serius dari guru.
6. Kecakapan Hidup
Kecakapan untuk menghadapi masalah dalam kehidupan secara wajar tanpa
merasa tertekan, kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu
mengatasinya. Dengan rahmat Alloh, dengan memiliki kecakapan hidup ini
murid dan lulusan Nurul Islam akan “survive”.