Selasa, 16 Desember 2008

Standarisasi Guru Al-Qur'an

Sebagai sekolah berbasis keagamaan, SIT NURUL ISLAM menjadikan Al-Qur'an sebagai kurikulum utama. Al-Qur'an merupakan sumber inspirasi bagi pengembangan sumber daya insani SIT NURUL ISLAM. Semua warga sekolah, khususnya guru, karyawan, dan siswa harus bisa membaca Al-Qur'an secara tartil. Begitupun para orang tua murid perlu difasilitasi untuk belajar Al-Qur'an, karena Al-Qur'an adalah sumber nilai.

Pembelajaran Al-Qur'an bagi sekolah-sekolah islam harus mendapat porsi perhatian yang serius. Ini merupakan harga pokok yang harus ditunaikan dalam proses pendidikan dan pembelajaran bagi sekolah islam. Sistem sekolah harus didisain secara sistemik dan sistematis untuk mensupport kegiatan pendidikan dan pembelajaran Al-Qur'an. Sekolah islam harus berani menjamin bahwa setiap siswa yang lulus dari sekolahnya mesti sudah bisa membaca Al-Qur'an. Begitupun para gurunya harus dipastikan sudah bisa membaca Al-Qur'an. Guru sekolah islam tidak boleh buta huruf Al-Qur'an. Jika masih ada guru yang buta huruf al-Qur'an, harus diadakan program yang menjamin akan bisa menuntaskan guru yang buta huruf al-Qur'an.

Setelah menuntaskan guru yang buta huruf al-Qur'an, program berikutnya adalah melakukan standarisasi guru dalam kemampuannya membaca al-Qur'an. Standarisasi ini penting, karena mereka para guru akan menjadi qudwah hasanah khususnya dalam membaca al-Qur'an. Para guru harus menjadi panutan dalam membaca al-Qur'an. Perhatian sekolah islam terhadap tim guru yang mengajarkan al-Qur'an secara intensif terus dikembangkan secara sistemik. Jika perlu dilakukan "out sourching" atau kerjasama dengan lembaga pendidikan yang memproduk guru al-Qur'an, untuk memastikan mutu tim guru Al-Qur'an.

Setelah standarisasi mutu guru al-Qur'an, berikutnya adalah melakukan stadarisasi sistem pembelajaran al-Qur'an. Sistem pebelajaran ini harus bisa mempermudah anak-anak / siswa dalam belajar membaca al-Qur'an. Khusus di SIT NURUL ISLAM selambat-lambatnya kelas lima siswa sudah harus bisa membaca al-Qur'an dengan tartil, sebab kelas enam anak-anak harus konsentrasi pada persiapan ujian akhir sekolah.

Hal yang juga penting adalah bagaimana sekolah islam bisa menciptakan iklim untuk melahirkan budaya membaca al-Qur'an. Tiada hari tanpa membaca al-Qur'an. Budaya membaca al-Qur'an ini akan mempercepat terbentuknya masyarakat utama yang dirindukan kehadirannya oleh ummat dan bangsa ini. Sekolah harus membuat disain program dan pelaksanaan program yang terkawal dan sinergis dengan para orang tua murid di rumah, untuk membangun budaya membaca al-Qur'an di sekolah maupun rumah.

Seiring dengan mengembangkan budaya membaca al-Qur'an, budaya mentadaburi dan mengamalkan al-Qur'an serta memperjuangkannya harus menjadi program yang integral dalam sistem pembelajaran al-Qur'an di sekolah islam. Al-Qur'an harus menjadi ruh dan sumber inspirasi warga sekolah. Itulah urgensinya mengapa guru al-Qur'an harus distandarisasi.

Sekali lagi fungsi strategis guru al-Qur'an harus diberdayakan secara sistematis dan sistemik. Wallohu'alam.
REVITALISASI LEMBAGA KELUARGA
Drs. Toto Sunarsono*




Idealisme pemuda dan pemudi muslim setelah melakukan proses pengejawentahan atau pembinaan dan pengokohan diri adalah membentuk keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah. Dari keluarga ini akan melahirkan keturunan yang banyak dan akan membentuk struktur masyarakat dan bangsa dalam wilayah suatu Negara bahkan mentyebar keseluruh dunia. Firman Alloh SWT dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 1 :
Artinya:
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu ( QS 4:1)
Memperhatikan ayat di atas memberi kesan bahwa manusia itu berasal dari satu iradah yang berhubungan dalam satu rahim., bertemu dalam satu koneksi, bersumber dari satu asal usul, dan bernasab kepada satu nasab. JIka hal ini disadari para manusia, maka sirnalah segala perpecahan yang mencerai-beraikan mereka.
Selain itu juga manggambarkan bahwa dasar kehidupan manusia atau masyarakat adalah keluarga. Dari keluarga inilah berdiri sistem kemasyarakatan manusia, yang mesti ditegakkan di atas landasan akidah. Karena itulah, Islam memandang betapa perlunya dipelihara kekeluargaan ini, dikokohkan tali temalinya, dimantapkan bangunannya, dan dilindungi dari segala hal yang melemahkan bangunan tersebut.
Karena keluarga merupakan pondasi masyarakat, maka pengokohan keluarga bagi para aktifis da’wah merupakan suatu keharusan. Pengokohan keluarga bagi seorang aktifis berarti menjadikan keluarga sebagai pusat da’wah islam yang memancarkan cahaya dan petunjuk bagi masyarakat disekitarnya. Dari kelurga yang menjadi pusat da’wah ini akan semakin memperluas spectrum hidayah, dan akan memperkokoh ikatan antar keluarga muslim yang satu dengan keluarga muslim lainnya.
Keluarga muslim sejati mesti mendambakan hadirnya anggota keluarga yang qurrata ‘ayun dan menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. Sebagaimana do’a yang disenandungkan :
Artinya :
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS 25 : 74)
Do’a itu secara sistemik dan sistematis akan berusaha diwujudkan bagi para keluarga muslim dan atas ijin Alloh SWT akan menjadi kenyataan. Sehingga keluarga ini dengan keikhlasan, kesabaran, hikmah dan nasehatnya akan menarik hati para tetangganya membimbing menuju jalan yang diridloi Alloh SWT. Dari keluarga inilah yang akan menjadi rahmatan lil ‘alamin yang berwujud hadirnya perubahan dan perbaikan masyarakat.
Keluarga muslim ini juga melakukan kaderisasi kepemimpinan ummat secara sistemik dan sinergis, sebagaimana yang digambarkan dalam hadits Rasulloh saw. Dengan amanah tanggung jawab dan wilayah tugas yang jelas dalam hadits di atas, keluarga muslim akan memiliki kualitas kepemimpinan yang teruji. Masing-masing anggota keluarga berusaha menjadi tauladan dalam melaksanakan amanah tanggung jawabnya. Keteladanan ini akan berpengaruh secara efektif dalam perubahan dan pewarisan nilai. Keteladanan dalam keluarga akan melahirkan ta’aluf (kesatuan hati), persenyawaan dan kecitaan yang tulus. Dalam atmosfer ta’aluf dan semangat kesatuan, setiap anggota keluarga akan tahu dan memahami karakter dan rambu-rambu genarasi di atasnya.
Dengan kaderisasi amanah tanggung jawab ini akan terjadi proses mu’ayasyah (koeksistensi) yang menyatukan kebijakan orang tua dengan dinamika dan kekuatan pemuda dalam perpaduan hikmah, kekuatan dan kewajaran. Proses ini akan melahirkan kader yang memiliki kompetensi sebagai mana dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an Surat Ali Imron ayat 136-137, yang berbunyi :
Artinya :
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS 3:146)
Ayat tersebut merupakan standar kaderisasi yang harus dikembangkan oleh keluarga muslim, yalitu keluarga yang mampu melahir kader dengan kompetensi :
a. Rabbaniyah
b. Tegar dalam menghadapi tribulasi (problematika) kehidupan
c. Tangguh
d. Tidak akan menyerah kepada musuh
Jika masing-masing keluarga melakukan proses revitalisasi kelembagaannya sebagaimana yang dijelaskan di atas, masyarakat akan memiliki stock pemimpin yang siap ditata sebagaimana batu bata dalam bangunan yang kokoh tak tertandingi.
Wallohu’alam.
REVITALISASI DIRI
MEMBANGUN MARTABAT BANGSA
Toto Sunarsono, SPd.*


Jelas sejak awal pembetukan tiap diri manusia, memang Alloh sudah menunjukkan bahwa fitroh kita selalu harus berjuang. Kita ada di dunia ini karena kita adalah sebuah sperma yang menang melalui proses perjuangan dalam kompetisi dari sekitar 1 milyar sperma-sperma yang lain, Itulah kompetisi pertama yang luar biasa. Dari kemenangan itulah kita bisa melakukan proses pembuahan sel telur yang dimiliki ibu kita.
Setelah berhasil melakukan proses pembuahan, terbentuklah zygot, alaqoh terus mudghoh. Sekitar 4 bulan kemudian ditupkannlah ruh dalam mudghoh, dan saat itulah komitmen awal kita bangun bahwa kita akan mentauhidkan Alloh SWT sebagaimana firmanNya (QS 7: 172)yang artinya :
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
Ini (keesaan Tuhan)",
Berdasarkan komitmen awal tersebut, dinyatakan bahwa setiap bayi terlahir dalam keadaan fitrah, dengan berbagai potensi yang dimiliki. Mendengar, melihat, menirukan, mengucapkan kemudian melakukan sendiri, itulah proses belajar pada masa-masa awal.
Berbagai hal dipelajari dimasa-masa awal, kita benar-benar memiliki semangat yang luar biasa, kita adalah pembelajar di waktu balita. Belajar berkomuikasi, belajar makan, belajar berjalan, dll. Subhanalloh, semua bisa diselesaikan hanya dalam sekitar 3-5 tahun. Kita siap memasuki tahap berikutya dalam kehidupan ini.
Pada usia sebelum lima tahun itu kita benar-benar menjadi sang Pembelajar, Luar Biasa ! Apa saja dipelajari, pintu otak seperti mangkok (terbuka sangat lebar).
Ketika memasuki duinia sekolah, pintu otak yang lebar seperti mangkok tadi dicekik oleh sistem pendidikan yang ada dan akhirnya mangkok itu berubah menjadi botol dengan lubang yang jauh lebih kecil. Anak “tidak boleh melakukan” hal-hal yang tidak menjadi target kegiatan belajar mengajar (“tidak akademis”), anak harus duduk manis memperhatikan penjelasan guru. Semua anak mendapat metode dan target belajar yang sama. Pada hal kita ketahui bahwa setiap anak memiliki potensi yang berbeda. Disadari atau tidak secara perlahan tetapi pasti sistem pendidikan dan pembelajaran yang dikembangkan turut andil dalam mengerdilkan semangat dan kemampuan belajar anak. Kegiatan belajar menjadi tidak menarik, menjemukan bahkan bisa menjadi seperti penjara bagi pertumbuhan dan perkembangan potensi anak. Kebiasaan proses belajar itu berlangsung begitu lama dan berjenjang sampai SLTA. Kebiasan yang lama itu akhirnya membentuk pola pikir dan paradigma anak, bahwa belajar adalah kegiatan yang tidak menarik, membosankan, bahkan menakutkan.
Seharusnya proses pembelajaran yang kita kembangkan harus menginspirasi dan memberdayakan tumbuh dan berkembangnya potensi anak yang berbeda-beda. Untuk itu diperlukan pendekatan pembelajaran yang bervariasi. Pendidik (guru, orang tua dan lain-lain) harus kaya dengan berbagai variasi pendekatan belajar. Dari pendidik yang kaya, para murid bisa belajar banyak hal. Dari pendidik yang benar, murid bisa belajar kenaran bukan kebetulan.
Mari kita berubah menjadi lebih baik, keterbatasan sarana dan prasarana bahkan dana harus dijadikan motivasi pendorong utuk berubah menjadi lebih baik. Potensi pada diri kita yang luar biasa harus digali dan dioptimalkan untuk merubah diri menjadi lebih baik. Potensi otak untuk berfikir, berkreasi, berinovasi; potensi badan yang sehat untuk bergerak, potensi waktu untuk berproduktifitas, potensi teman untuk bersinergi atau bekerja sama, dan banyak potensi lainnya yang harus digali dan disinergikan untuk melahirkan kekuatan bahkan kesuksesan. Sekali lagi mari kita berubah menjadi lebih baik!
Untuk berubah menjadi lebih baik tidak harus menunggu dirubah atau mencontoh orang lain yang berubah. Waktu terus berjalan meningglkan kita yang tidak mau berubah. Usia kita terbatas, waktu kita terbatas. Masyarakat dan bangsa ini tidak akan berubah kalau kita tidak mau berubah. Perhatikan cuplikan firman Alloh (QS 13:11) :
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Ayat ini memberi inspirasi bahwa perubahan itu harus dimulai dari diri kita sendiri. Dari mana memulainya ? Perubahan diri menjadi lebih baik dimulai dari mengenali diri kita sendiri. Siapa diri kita ini ? Mau kemana kita hidup ini? Untuk apa saya hadir di duia ini ? Mengapa saya hadir di duia ini ? Bagaimana mestiya saya menjalani hidup ini ? Sampai kapan ? Semua pertanyaan itu akan terjawab dengan baik dan benar ketika kita mau belajar. Belajar di Sekolah Kehidupan, Ya, Sekolah Kehidupan. Sebagaimana firman Alloh SWT (QS 96:1-5):
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam*,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Insya Alloh, dengan belajar di Sekolah Kehidupan kita melakukan revitalisasi diri, pengembangan diri, penguatan dan pengokohan diri. Buku, lingkungan, dan fenomena kehidupan adalah sumber belajar yang kaya. Agar proses belajar kita bisa berhasil dengan optimal maka proses belajar kita harus menuju Alloh SWT, sebagaimana firmanNya (QS 37:99):
Dan Ibrahim berkata:"Sesungguhnya Aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia
akan memberi petunjuk kepadaku*. (*Ibrahim pergi ke suatu negeri untuk
dapat menyembah Allah dan berda'wah).
Insya Alloh, jika proses belajar kita di Sekolah Kehidupan ini menjadi suatu perjalanan menuju Alloh, saya yakin hasilnya akan sangat luar biasa dahsyatnya ! Inspirasi dan pemberdayaan diri akan berlipat ganda pada diri kita, bisa 2-10 kali lipat (QS 8:65-66). Sambil terus belajar kita berkontribusi untuk sesama, untuk lingkungan, untuk ummat dan bangsa kita. Bukankah tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Semakin banyak frekuensi tangan kita di atas kita akan menjadi semakin baik. Subhanalloh.

Budaya tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah ini harus serius kita bangun agar ummat dan bangsa ini terbebas dari sikap dan mental pengemis, sikap dan mental anak jalanan, sikap dan mental miskin.. Sebab mental meminta adalah mental pengemis, mental anak jalanan, mental miskin. Mental pengemis, mental anak jalanan, metal miskin ini adalah penyakit kronis yang harus disembuhkan. Ummat dan bangsa ini akan menjadi bangsa pemalas kalau diperbanyak dengan orang-orang bermetal seperti itu. Mereka harus dididik dan diberdayakan agar mampu merubah kebiasaan tangan di bawah menjadi kebiasaan tangan di atas.
Budaya tangan di atas adalah budaya kreatifitas, budaya inovasi, budaya berkontribusi dan budaya produktifitas. Budaya tangan di atas adalah budaya optimis, budaya opsesif, dan budaya untuk menjadi yang terbaik. Hal yang paling membahagiakan adalah ketika kita bisa memberi kontribusi kebaikan untuk ummat dan bangsa ini. Budaya tangan di atas dibangun dari budaya belajar, budaya untuk menjadikan diri lebih baik. Orang yang lebihlah yang bisa memberi.
Jadi, mulai saat ini, mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil ayo kita berubah menjadi lebih baik. Pribadi-pribadi baik akan terakumulasi menjadi ummat dan bangsa yang baik.Wallohu’alam.

Senin, 15 Desember 2008

KOSULIDASI SUKSES UAS BN

Genderang jihad SUKSES UAS BN 2009 telah dibunyikan. Iklim belajar siswa kelas 6 SDIT NURUL ISLAM terus diciptakan, suhupun dinaikkan. Pertemuan orang tua murid kelas 6 kemarin hari Ahad, 14 Desember 2008 dilaksanakan di rumah Pak Tono ayahanda Muhammad Yusuf Nasruddin Desa Wangkal dalam rangka mensinergikan potensi orang tua murid dengan potensi guru dan siswa. Ya, Toto Sunarsono, SPd. yang biasa dipanggil Ust. Atho'illah selaku Kepala Sekolah ingin membangun segitiga emas untuk mensupport kinerja Tim Sukses UAS BN SDIT NURUL ISLAM 2009.

Dalam pertemuan itu disampaikan hasil try out kelas 6 yang sudah dilaksanakan 3 kali. Dari hasil try out internal 13 dari 25 siswa dinyatakan tidak lulus. Lho kok banyak jumlah siswa yang tidak lulus. Ya, karena terget lulus untuk try out internal nilai rata-rata siswa minimal 7,50. Jika siswa nilai try outnya kurang dari 7,50 dinyatakan tidak lulus.

Selain itu Kepala Sekolah juga mengajak para orang tua murid untuk meningkatkan kualitas taqorubnya kepada Alloh SWT, dengan membiasakan puasa senin dan kamis, qiyamul lail, berdo'a untuk keberhasilan anaknya dan mengawal serta mendampingi belajar anaknya di rumah. Anak-anak harus dibantu dalam memenej waktunya, dengan prioritas untuk belajar.

Selain itu, para orang tua murid juga diajak ikut memikirkan pelaksanaan try out dan tambahan jam belajar yang dilakukan oleh sekolah untuk para siswa kelas 6 ini. Baik dalam hal disiplin kehadirannya maupun mengikutinya serta pembiayaannya. Alhamdulillah, semua orang tua murid kompak dan memberi support penuh terhadap seluruh program Tim Sukses UAS BN 2009. Mudah-mudahan para siswa kelas 6 sukses, Amin ya robal 'alamin.