REVITALISASI DIRI
MEMBANGUN MARTABAT BANGSA
Toto Sunarsono, SPd.*
Jelas sejak awal pembetukan tiap diri manusia, memang Alloh sudah menunjukkan bahwa fitroh kita selalu harus berjuang. Kita ada di dunia ini karena kita adalah sebuah sperma yang menang melalui proses perjuangan dalam kompetisi dari sekitar 1 milyar sperma-sperma yang lain, Itulah kompetisi pertama yang luar biasa. Dari kemenangan itulah kita bisa melakukan proses pembuahan sel telur yang dimiliki ibu kita.
Setelah berhasil melakukan proses pembuahan, terbentuklah zygot, alaqoh terus mudghoh. Sekitar 4 bulan kemudian ditupkannlah ruh dalam mudghoh, dan saat itulah komitmen awal kita bangun bahwa kita akan mentauhidkan Alloh SWT sebagaimana firmanNya (QS 7: 172)yang artinya :
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
Ini (keesaan Tuhan)",
Berdasarkan komitmen awal tersebut, dinyatakan bahwa setiap bayi terlahir dalam keadaan fitrah, dengan berbagai potensi yang dimiliki. Mendengar, melihat, menirukan, mengucapkan kemudian melakukan sendiri, itulah proses belajar pada masa-masa awal.
Berbagai hal dipelajari dimasa-masa awal, kita benar-benar memiliki semangat yang luar biasa, kita adalah pembelajar di waktu balita. Belajar berkomuikasi, belajar makan, belajar berjalan, dll. Subhanalloh, semua bisa diselesaikan hanya dalam sekitar 3-5 tahun. Kita siap memasuki tahap berikutya dalam kehidupan ini.
Pada usia sebelum lima tahun itu kita benar-benar menjadi sang Pembelajar, Luar Biasa ! Apa saja dipelajari, pintu otak seperti mangkok (terbuka sangat lebar).
Ketika memasuki duinia sekolah, pintu otak yang lebar seperti mangkok tadi dicekik oleh sistem pendidikan yang ada dan akhirnya mangkok itu berubah menjadi botol dengan lubang yang jauh lebih kecil. Anak “tidak boleh melakukan” hal-hal yang tidak menjadi target kegiatan belajar mengajar (“tidak akademis”), anak harus duduk manis memperhatikan penjelasan guru. Semua anak mendapat metode dan target belajar yang sama. Pada hal kita ketahui bahwa setiap anak memiliki potensi yang berbeda. Disadari atau tidak secara perlahan tetapi pasti sistem pendidikan dan pembelajaran yang dikembangkan turut andil dalam mengerdilkan semangat dan kemampuan belajar anak. Kegiatan belajar menjadi tidak menarik, menjemukan bahkan bisa menjadi seperti penjara bagi pertumbuhan dan perkembangan potensi anak. Kebiasaan proses belajar itu berlangsung begitu lama dan berjenjang sampai SLTA. Kebiasan yang lama itu akhirnya membentuk pola pikir dan paradigma anak, bahwa belajar adalah kegiatan yang tidak menarik, membosankan, bahkan menakutkan.
Seharusnya proses pembelajaran yang kita kembangkan harus menginspirasi dan memberdayakan tumbuh dan berkembangnya potensi anak yang berbeda-beda. Untuk itu diperlukan pendekatan pembelajaran yang bervariasi. Pendidik (guru, orang tua dan lain-lain) harus kaya dengan berbagai variasi pendekatan belajar. Dari pendidik yang kaya, para murid bisa belajar banyak hal. Dari pendidik yang benar, murid bisa belajar kenaran bukan kebetulan.
Mari kita berubah menjadi lebih baik, keterbatasan sarana dan prasarana bahkan dana harus dijadikan motivasi pendorong utuk berubah menjadi lebih baik. Potensi pada diri kita yang luar biasa harus digali dan dioptimalkan untuk merubah diri menjadi lebih baik. Potensi otak untuk berfikir, berkreasi, berinovasi; potensi badan yang sehat untuk bergerak, potensi waktu untuk berproduktifitas, potensi teman untuk bersinergi atau bekerja sama, dan banyak potensi lainnya yang harus digali dan disinergikan untuk melahirkan kekuatan bahkan kesuksesan. Sekali lagi mari kita berubah menjadi lebih baik!
Untuk berubah menjadi lebih baik tidak harus menunggu dirubah atau mencontoh orang lain yang berubah. Waktu terus berjalan meningglkan kita yang tidak mau berubah. Usia kita terbatas, waktu kita terbatas. Masyarakat dan bangsa ini tidak akan berubah kalau kita tidak mau berubah. Perhatikan cuplikan firman Alloh (QS 13:11) :
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Ayat ini memberi inspirasi bahwa perubahan itu harus dimulai dari diri kita sendiri. Dari mana memulainya ? Perubahan diri menjadi lebih baik dimulai dari mengenali diri kita sendiri. Siapa diri kita ini ? Mau kemana kita hidup ini? Untuk apa saya hadir di duia ini ? Mengapa saya hadir di duia ini ? Bagaimana mestiya saya menjalani hidup ini ? Sampai kapan ? Semua pertanyaan itu akan terjawab dengan baik dan benar ketika kita mau belajar. Belajar di Sekolah Kehidupan, Ya, Sekolah Kehidupan. Sebagaimana firman Alloh SWT (QS 96:1-5):
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam*,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Insya Alloh, dengan belajar di Sekolah Kehidupan kita melakukan revitalisasi diri, pengembangan diri, penguatan dan pengokohan diri. Buku, lingkungan, dan fenomena kehidupan adalah sumber belajar yang kaya. Agar proses belajar kita bisa berhasil dengan optimal maka proses belajar kita harus menuju Alloh SWT, sebagaimana firmanNya (QS 37:99):
Dan Ibrahim berkata:"Sesungguhnya Aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia
akan memberi petunjuk kepadaku*. (*Ibrahim pergi ke suatu negeri untuk
dapat menyembah Allah dan berda'wah).
Insya Alloh, jika proses belajar kita di Sekolah Kehidupan ini menjadi suatu perjalanan menuju Alloh, saya yakin hasilnya akan sangat luar biasa dahsyatnya ! Inspirasi dan pemberdayaan diri akan berlipat ganda pada diri kita, bisa 2-10 kali lipat (QS 8:65-66). Sambil terus belajar kita berkontribusi untuk sesama, untuk lingkungan, untuk ummat dan bangsa kita. Bukankah tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Semakin banyak frekuensi tangan kita di atas kita akan menjadi semakin baik. Subhanalloh.
Budaya tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah ini harus serius kita bangun agar ummat dan bangsa ini terbebas dari sikap dan mental pengemis, sikap dan mental anak jalanan, sikap dan mental miskin.. Sebab mental meminta adalah mental pengemis, mental anak jalanan, mental miskin. Mental pengemis, mental anak jalanan, metal miskin ini adalah penyakit kronis yang harus disembuhkan. Ummat dan bangsa ini akan menjadi bangsa pemalas kalau diperbanyak dengan orang-orang bermetal seperti itu. Mereka harus dididik dan diberdayakan agar mampu merubah kebiasaan tangan di bawah menjadi kebiasaan tangan di atas.
Budaya tangan di atas adalah budaya kreatifitas, budaya inovasi, budaya berkontribusi dan budaya produktifitas. Budaya tangan di atas adalah budaya optimis, budaya opsesif, dan budaya untuk menjadi yang terbaik. Hal yang paling membahagiakan adalah ketika kita bisa memberi kontribusi kebaikan untuk ummat dan bangsa ini. Budaya tangan di atas dibangun dari budaya belajar, budaya untuk menjadikan diri lebih baik. Orang yang lebihlah yang bisa memberi.
Jadi, mulai saat ini, mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil ayo kita berubah menjadi lebih baik. Pribadi-pribadi baik akan terakumulasi menjadi ummat dan bangsa yang baik.Wallohu’alam.
Selasa, 16 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar